Sabtu, 24 Desember 2016



UPA JIWA,  Hikayat Perjalanan ke Belakang
Penulis S. Jai
Tebal 118, Desember 2016

Dengan kata maka hadirlah persembahan jiwa, ruh dan cinta.
Mulanya aku hendak menulis sebuah novel tentang cinta—tepatnya kisah cinta dua sejoli yang mabuk asmara. Meski pelbagai peristiwa juga beban psikologis calon tokoh-tokohnya berkumpar di benakku, apa lacur bila yang datang padaku bukanlah arak-arakan kalimat? Yang bertandang padaku adalah kata. Makin banyak kata-kata bertamu menghampiriku, minta perhatianku, bahkan menterorku. Lebih dari itu, kecintaanku terhadap kata—dalam hal ini yang kerap kudekati dengan kasih sayang agar tersusun menjadi prosa—secara perlahan dan tekun, menerbitkan situasi yang sama sekali beda; kata itu berbalik mencintaiku apa adanya.
Aku cukup menderita dalam eksistensi dan posisiku seperti ini. Demikianlah aku menulis puisi—atau tepatnya menganggit semacam puisi—bermula dari takrif peristiwa.●


BUKAN JEJAK BUDAYA
Penulis Much. Khoiri
Tebal 248, Desember 2016


"Penyusunan buku ini, tentu, merupakan upaya untuk menghimpun tulisan-tulisan saya yang ada di berbagai media, baik cetak maupun online. Karena itu, ia menawarkan berbagai topik dan persoalan yang saya jalani dan alami selama beberapa waktu ini. Tentu saja, sadar atau tidak sadar, tulisan-tulisan yang ada hakikatnya merupakan tulisan «human interest» yang reflektif sifatnya.
Secara subsekuen buku ini tersusun atas lima bagian: jejak artefak budaya, jejak wisata budaya, jejak etos, jejak hikmah, dan jejak kearifan. Masing-masing bagian memberikan tawaran aneka hikmah dan inspirasi kepada pembaca akibat beragamnya potensi sumber tulisan. Bagaimanapun juga, keberagaman tulisan bergantung pada potensi objek, potensi kreatif penulis, dan potensi teknik menuliskannya." (Much. Khoiri)


TIANG TIANG
Kumpulan Puisi Amang Mawardi
81 halaman, Desember 2016

"Kumpulan puisi saya Tiang-Tiang dihadirkan untuk menampung sekian puluh puisi saya dalam rangka memudahkan upaya pendokumentasian yang sebagian besar pernah dimuat di media cetak. Di luar itu masih ada sekian puisi saya, yang mudah-mudahan akan saya hadirkan dalam buku kumpulan puisi homogen, mengingat puisi-puisi ini berkaitan dengan lokalitas Kota Surabaya; baik yang menyangkut nama tempat, peristiwa, maupun tokoh-tokoh yang pernah mewarnai Surabaya." (Amang Mawardi)