SANG
GURU,
Esai
Esai Pendidikan Seni dan Budaya
Penulis Poedianto
Editor
S.
Jai
Halaman 110
Pagan Press, Juli 2016
Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah buku ketiga
dari Poedianto—seorang mantan wartawan yang kini mengabdikan diri sebagai
pendidik di Surabaya. Buku pertamanya, Perawan Sendang Madu dan sejumlah
cerita epik lainnya (Pagan Press, Oktober 2015) dan buku
keduanya Lencir Kuning yang Dimadu,
(Pagan Press, Desember 2015). Seperti halnya buku terdahulu, tulisan-tulisan dalam
buku kedua ini pun semuanya pernah dimuat di media massa baik berupa koran,
tabloid maupun majalah.
Sebagian besar tulisan-tulisan dalam buku yang
diberi judul Sang Guru, Esai Esai Pendidikan Seni dan Budaya ini ditulis
oleh pengarang di sela-sela kesibukannya dalam kegiatan jurnalistik. Tentu
menarik mencermati bagaimana seorang wartawan masih bersikukuh menulis dalam
pelbagai bentuk, cerita pendek, opini, esai, feature. Ini sebuah pilihan tentu
saja.
Artinya, jurnalistik bukanlah ladang pekerjaan
belaka. Melainkan lebih dari itu menulis adalah dunianya dengan segenap energi kreatif yang dicurahkan
padanya. Barangkali sekadar hiburan. Mungkin juga dalam rangka mengasah
kepekaan batin dunia tulis menulis, semacam ruang dalam mengekplorasi gagasan,
percikan pemikiran, atau sekadar berbagi ungkapan perasaan. Boleh jadi, sebagai
sebuah opini tulisan-tulisan dalam buku ini semula dimaksudkan menyampaikan
pendapat tajam serta untuk tujuan mempengaruhi orang.
Atau sebagai sebuah esai, bunga rampai karya kreatif dalam buku ini
sekadar menggugah, memantik pembaca untuk tumbuh inspirasinya menemukan daya
kreativitas dan keindahan dalam dirinya terhadap persoalan-persoalan yang
diangkat. Dengan kata lain, memungkinkan
pembaca memperdalam sisi kemanusian dengan menjawab, menggali aspek
‘bagaimana’-nya dari sebuah peristiwa, serta memperkaya lintasan inspirasi bagi
pembaca atas nama kualitas hidup yang lebih kreatif-dinamis di masa depan.
Daya
tarik berikutnya dari sebagian besar tulisan ini adalah perhatian yang besar
bagi penulis pada masalah-masalah pendididikan, seni dan kebudayaan. Penulis
punya kepekaan, kepedulian dan pandangan dunia yang spesifik dalam hal ini,
sekaligus bukti perhatiannya pada masa depan generasi mendatang. Setidaknya
inilah yang kemudian mengantarkan penulis untuk memilih dunia barunya selepas
terjun di jurnalistik—yakni menjadi pendidik di sejumlah sekolah dan kampus di
Surabaya.
Sungguh
berbahagia dan tentu saja suatu kehormatan bagi kami ketika penulis menyerahkan
naskah-naskahnya kepada kami untuk diterbitkan. Betapa hasrat sang penulis ini inhern dengan visi kami untuk kukuh
hanya menerbitkan pengetahuan masa depan, guna mengembangkan
pengetahuan dan pemberdayaan kemanusiaan sebagai suatu mata air kebudayaan
secara utuh dalam bentuk pencerahan serta wawasan masa depan melalui tradisi
keilmuan.
Selain itu, harapan besar
kami yakni menguatkan misi memajukan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan
seluas-luasnya atas dasar pemahaman keilmuan beserta bentuk-bentuk aktivitasnya; meluaskan gagasan keilmuan khususnya karya-karya non mainstream melalui penerbitan
buku dan media alternatif lainnya; memberi kesempatan para penulis pemula dalam
mengasah kreativitasnya, memberdayakan diri ambil bagian gerakan kebudayaan; melibatkan
secara aktif warga bangsa untuk berpartisipasi dalam tradisi keilmuan baik
melalui diskusi-diskusi, penerbitan buku maupun aktivitas keilmuan lainnya…
Sudah barangtentu keinginan sederhana kami
dengan terbitnya buku ini sedapat mungkin memperkaya khazanah keilmuan bagi
pembaca. Tabik.
Penerbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar