Selasa, 12 Juli 2016



SANG GURU, 
Esai Esai Pendidikan Seni dan Budaya
Penulis  Poedianto
Editor  S. Jai
Halaman 110
Pagan Press, Juli 2016


Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah buku ketiga dari Poedianto—seorang mantan wartawan yang kini mengabdikan diri sebagai pendidik di Surabaya. Buku pertamanya, Perawan Sendang Madu dan sejumlah cerita epik lainnya (Pagan Press, Oktober 2015) dan buku keduanya Lencir Kuning yang Dimadu,  (Pagan Press, Desember 2015). Seperti halnya buku terdahulu, tulisan-tulisan dalam buku kedua ini pun semuanya pernah dimuat di media massa baik berupa koran, tabloid maupun majalah.


Sebagian besar tulisan-tulisan dalam buku yang diberi judul Sang Guru, Esai Esai Pendidikan Seni dan Budaya ini ditulis oleh pengarang di sela-sela kesibukannya dalam kegiatan jurnalistik. Tentu menarik mencermati bagaimana seorang wartawan masih bersikukuh menulis dalam pelbagai bentuk, cerita pendek, opini, esai, feature. Ini sebuah pilihan tentu saja.

Artinya, jurnalistik bukanlah ladang pekerjaan belaka. Melainkan lebih dari itu menulis adalah dunianya dengan  segenap energi kreatif yang dicurahkan padanya. Barangkali sekadar hiburan. Mungkin juga dalam rangka mengasah kepekaan batin dunia tulis menulis, semacam ruang dalam mengekplorasi gagasan, percikan pemikiran, atau sekadar berbagi ungkapan perasaan. Boleh jadi, sebagai sebuah opini tulisan-tulisan dalam buku ini semula dimaksudkan menyampaikan pendapat tajam serta untuk tujuan mempengaruhi orang.

Atau sebagai sebuah esai,  bunga rampai karya kreatif dalam buku ini sekadar menggugah, memantik pembaca untuk tumbuh inspirasinya menemukan daya kreativitas dan keindahan dalam dirinya terhadap persoalan-persoalan yang diangkat. Dengan kata lain,  memungkinkan pembaca memperdalam sisi kemanusian  dengan menjawab, menggali aspek ‘bagaimana’-nya dari sebuah peristiwa, serta memperkaya lintasan inspirasi bagi pembaca atas nama kualitas hidup yang lebih kreatif-dinamis di masa depan.

Daya tarik berikutnya dari sebagian besar tulisan ini adalah perhatian yang besar bagi penulis pada masalah-masalah pendididikan, seni dan kebudayaan. Penulis punya kepekaan, kepedulian dan pandangan dunia yang spesifik dalam hal ini, sekaligus bukti perhatiannya pada masa depan generasi mendatang. Setidaknya inilah yang kemudian mengantarkan penulis untuk memilih dunia barunya selepas terjun di jurnalistik—yakni menjadi pendidik di sejumlah sekolah dan kampus di Surabaya.

Sungguh berbahagia dan tentu saja suatu kehormatan bagi kami ketika penulis menyerahkan naskah-naskahnya kepada kami untuk diterbitkan. Betapa hasrat sang penulis ini inhern dengan visi kami untuk kukuh hanya menerbitkan pengetahuan masa depan, guna mengembangkan pengetahuan dan pemberdayaan kemanusiaan sebagai suatu mata air kebudayaan secara utuh dalam bentuk pencerahan serta wawasan masa depan melalui tradisi keilmuan.

Selain itu, harapan besar kami yakni menguatkan misi memajukan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan seluas-luasnya atas dasar pemahaman keilmuan beserta bentuk-bentuk aktivitasnya;  meluaskan gagasan keilmuan khususnya  karya-karya non mainstream melalui penerbitan buku dan media alternatif lainnya; memberi kesempatan para penulis pemula dalam mengasah kreativitasnya, memberdayakan diri ambil bagian gerakan kebudayaan; melibatkan secara aktif warga bangsa untuk berpartisipasi dalam tradisi keilmuan baik melalui diskusi-diskusi, penerbitan buku maupun aktivitas keilmuan lainnya…

Sudah barangtentu keinginan sederhana kami dengan terbitnya buku ini sedapat mungkin memperkaya khazanah keilmuan bagi pembaca. Tabik.  

Penerbit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar