Minggu, 06 Mei 2018



AGAR PETRUK TAK LAGI 
DUDUK DI TAMPUK
Puisi Muhammad Dawam Saleh
Tebal 66 halaman
Pagan Press Mei 2018

Muhammad Dawam Saleh, karib disapa Kiai Dawam, lahir di Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, 9 November 1953. Selama sepuluh tahun menjadi santri di Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, ia melahap buku-buku puisi, baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa asing. Setamat dari Pesantren Gontor, ia masuk Universitas Gadjah Mada, Yogyakarga. Sembari kuliah di Fakultas Filsafat, Kiai Dawam mengabdikan ilmu di Pesantren Pabelan, Muntilan, Magelang. Pada 1983, Kiai Dawam meninggalkan Pabelan dan merintis sebuah pesantren di desa kelahirannya yang kemudian diberi nama Al-Ishlah, 1986.


Kini, selain mengasuh sekitar 2.300 santri dan memenuhi undangan pengajian di berbagai daerah.  Kiai Dawam juga gemar menulis puisi dan artikel di berbagai media massa lokal dan nasional. Dan, beberapa antologi puisinya yang telah diterbitkan antara lain : Di Telaga Kepasrahan (Pustaka Jaya, 2003), Antologi Bintang Reformasi (Java Pustaka, 2006), Mimpi Anak Ibu Pertiwi (Kanzun Books, 2009), Sang Pembawa Wahyu (Kanzun Books, 2009), Antologi Puisi Selembar Daun Guru Impian (Forum Pustaka, 2010), Pohon Tak Berkah (PT. Mentari Pantura Timur, 2012), Century dalam Puisi (2013), Halilintar Kasar dan Petruk Ruwaibidloh (2017). Adapun karyanya yang lain dalam bentuk non-sastra adalah Jalan ke Pesantren (Pustaka Jaya, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar