AGAR PETRUK TAK LAGI
DUDUK DI TAMPUK
Puisi Muhammad Dawam Saleh
Tebal 66 halaman
Pagan Press Mei 2018
Muhammad Dawam Saleh, karib
disapa Kiai Dawam, lahir di Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, 9
November 1953. Selama sepuluh tahun menjadi santri di Pesantren Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur, ia melahap buku-buku puisi, baik berbahasa Indonesia maupun
berbahasa asing. Setamat dari Pesantren Gontor, ia masuk Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarga. Sembari kuliah di Fakultas Filsafat, Kiai Dawam mengabdikan
ilmu di Pesantren Pabelan, Muntilan, Magelang. Pada 1983, Kiai Dawam meninggalkan Pabelan dan merintis sebuah
pesantren di desa kelahirannya yang kemudian diberi nama Al-Ishlah, 1986.
Kini,
selain mengasuh sekitar 2.300 santri dan memenuhi undangan pengajian di
berbagai daerah. Kiai Dawam juga gemar
menulis puisi dan artikel di berbagai media massa lokal dan nasional. Dan,
beberapa antologi puisinya yang telah diterbitkan antara lain : Di Telaga
Kepasrahan (Pustaka Jaya, 2003), Antologi Bintang Reformasi (Java Pustaka,
2006), Mimpi Anak Ibu Pertiwi (Kanzun Books, 2009), Sang Pembawa Wahyu (Kanzun Books,
2009), Antologi Puisi Selembar Daun Guru Impian (Forum Pustaka, 2010), Pohon
Tak Berkah (PT. Mentari Pantura Timur, 2012), Century dalam Puisi (2013),
Halilintar Kasar dan Petruk Ruwaibidloh (2017). Adapun karyanya yang lain dalam
bentuk non-sastra adalah Jalan ke Pesantren (Pustaka Jaya, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar