AKU MENULIS, DAN MENULISLAH
70 Tahun Wiek Herwiyatmo
Riadi Ngasiran (Editor)
Penerbit Pagan Press, Mei 2017
Tebal 426 halaman
”Kami tak kenal
arti kalah dan menang, kerja dan juang kami cuma ibadah buat Tuhan, manusia dan
Tanah Air.”
Sutan
Sjahrir
“Komitmen kita
pada persoalan sosial dan kemasyarakat menjadikan hidup lebih bermakna. Tapi
jangan lupa, aktivitas sosial yang menyita waktu, tenaga dan pikiran, bahkan
sebagian harta kita, tidak berarti membebaskan kita untuk melakukan
kelalaian-kelaian dalam hal tanggung jawab kita pada keluarga.”
Ali
Algadri
Menjadi manusia
yang bermanfaat bagi orang lain merupakan orientasi utama kemanusiaan
seseorang. Selebihnya, eksistensi manusia terukur manakakala ia mampu
mengaktualitasikan diri dalam pergulatan pemikiran, antara menulis dan ditulis.
Wiek
Herwiyatmo
"Dari laku
hidup Wiek Herwiyatmo yang patut diteladani adalah berempati kepada seseorang
yang mengalami kesedihan, kepedihan dan kesusahan. Itulah naluri kegelisahannya
yang paling tampak ketika mendengar kabar sedih dari orang-orangnya yang
dikenalnya. Ketika mendengar kerabat dan kawan sakit, seketika itu pula ia
menunjukkan empatinya, membesuknya. Apalagi kesedihan kerabat karena berita
kematian, rasa empatinya bangkit begitu dalam. Begitu empatinya, hingga makan
atau minum di tengah orang yang mengalami kesusahan, haram dilakukan".
Riadi
Ngasiran, Editor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar