Rabu, 10 Mei 2017



AKU MENULIS, DAN MENULISLAH
70 Tahun Wiek Herwiyatmo
Riadi Ngasiran (Editor)
Penerbit Pagan Press, Mei 2017
Tebal 426 halaman

”Kami tak kenal arti kalah dan menang, kerja dan juang kami cuma ibadah buat Tuhan, manusia dan Tanah Air.”
Sutan Sjahrir


“Komitmen kita pada persoalan sosial dan kemasyarakat menjadikan hidup lebih bermakna. Tapi jangan lupa, aktivitas sosial yang menyita waktu, tenaga dan pikiran, bahkan sebagian harta kita, tidak berarti membebaskan kita untuk melakukan kelalaian-kelaian dalam hal tanggung jawab kita pada keluarga.”
Ali Algadri



Menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain merupakan orientasi utama kemanusiaan seseorang. Selebihnya, eksistensi manusia terukur manakakala ia mampu mengaktualitasikan diri dalam pergulatan pemikiran, antara menulis dan ditulis.
Wiek Herwiyatmo


"Dari laku hidup Wiek Herwiyatmo yang patut diteladani adalah berempati kepada seseorang yang mengalami kesedihan, kepedihan dan kesusahan. Itulah naluri kegelisahannya yang paling tampak ketika mendengar kabar sedih dari orang-orangnya yang dikenalnya. Ketika mendengar kerabat dan kawan sakit, seketika itu pula ia menunjukkan empatinya, membesuknya. Apalagi kesedihan kerabat karena berita kematian, rasa empatinya bangkit begitu dalam. Begitu empatinya, hingga makan atau minum di tengah orang yang mengalami kesusahan, haram dilakukan".


Riadi Ngasiran, Editor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar