RENJANA DI TANAH PALOMBO
Penulis Achmad Syafiudin, dkk.
Tebal 618 halaman
Kuliah membuat cerpen. Hal ini
bisa dikatakan ‘liku-liku yang rumit’. Tak cukup hanya bermodal tafsir yang
selama ini tertuang dalam berbagai pengetahuan yang memenuhi buku-buku teori
yang ada. Tapi, juga membutuhkan eksplorasi yang bersusah-susah hingga mencapai
titik rasa yang mendidik, lalu bisa
menghadirkan pengalaman spiritual yang bisa
direduksi sebagai jalan pikiran mutlak. Mula-mulanya, ‘mereka’ (para mahasiswa
yang menjadi penulis cerita) di buku ini hanya diperlakukan seperti layaknya
ritual rutinitas kuliah untuk memenuhi target pembelajaran dalam membuat
cerita. Mereka dipaksa untuk melek kehidupan. Mereka sengaja ditarik lebih jauh
untuk melihat nilai-nilai sebagai bagian dari cerminan jiwa. Lalu, nilai-nilai
itu diangkatlah dalam sebuah gambaran bahwa cerita mulai membayang di
sudut-sudut keremangan dan liku-liku yang menyulitkan. Hal inilah yang sudah
dilakukan dengan baik oleh puluhan mahasiswa STKIP PGRI Jombang. Di buku ini
ada keberanian fisik dan kemurnian spiritual. Menurut saya, "Inilah ziarah
penulisan yang menarik dalam proses kemanusiaan."
Zainuri, Sutradara dan Penulis Naskah Teater
Cerita rakyat dalam bentuk apapun harus segera ditulis
dan dikabarkan, karena cerita rakyat adalah modal masa depan. Dari sekian
banyak cerita rakyat, Damarwulan memiliki beragam penceritaan, sama halnya
dengan cerita kancil yang populer. Membaca 75 cerita Damarwulan dalam buku "Renjana di Tanah Palombo", yang diambil dari satu wilayah kecil saja membuktikan
betapa kayanya cerita itu. Jadikan e-book, lalu kabarkan di dunia siber.
Selamat.
Nanda Sukmana, Ketua Dewan Kesenian Jombang
Menuliskan kembali peristiwa romantis, tragis, sekaligus
politis di era Kerajaan Majapahit dan Blambangan dalam berbagai cerita pendek
berarti menghidupkan kembali narasi sejarah bangsa ini yang terpendam dan dulu
hanya jadi pergunjingan lisan. Meskipun Majapahit dan Blambangan hanya tinggal
kenangan, namun berbagai kisah kehidupan di atas tanah dua kerajaan ternama itu
menyiratkan berbagai nilai dan pesan universal yang hingga kini masih relevan.
Perebutan pengaruh, pengkhianatan, relasi dinamis antarstrata sosial, cinta
yang menggelora, kesetiaan, pengorbanan, dan harga diri selalu menghiasi perjalanan manusia di setiap zaman. Ragam
penafsiran para cerpenis dalam buku ini atas fakta sejarah yang diramu dengan
imajinasi telah menghasilkan suguhan dialog, gambaran latar, karakterisasi
tokoh, alur, dan konflik yang menarik. Kita sebagai pembaca dihadapkan pada
berbagai ‘versi’ cerita tentang Damarwulan dengan sudut pandang berbeda-beda
dan diajak berkelana menyusuri bumi Majapahit dan Blambangan di tengah
kenyataan modernisasi dan globalisasi yang melanda Jawa Timur hari ini.
Yusri Fajar, Dosen Fakultas Ilmu Budaya UB, Komite Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar